Selasa, 16 April 2013

laporan plasmolisis daun Rhoeo discoar



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Tumbuhan merupakan makluk hidup multisekuler. Sel tumbuhan terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma yang merupakan membrane dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membrane dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam dan di luar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa tersebut dinaman dengan plasmolisis. Plasmolisis adalah kondisi dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi 9hipertonik) akibat cairan yan ada di dalam sel keluar dari sel sehingga tekanan sel akan terus berkembang sampai di suatu titik dimana membrane terlepas dari dinding sel.
Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yakni potensiar air (PA), potensial osmotic (PO) dan potensial tekanan (PT). untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan dengan metode menentukan pada konsentrasi berapa jumlah sel yang  mengalami plasmolisis.
Dari gambaran di atas, maka untuk mengetahui berapa besar konsentrasi larutan dapat menyebabkan sebagian sel dari jumlah sel yang terplasmoksis. Oleh karena itu, dilakukan percobaan secara eksperimental pada sel tumbuhan. Percobaan ini berjudul plasmolisis.
B.     Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami peristiwa plasmolisis sel tumbuhan
Tujuan Percobaan
Menentukan peristiwa Plasmolisis pada dau Rhoeo discoar berdasarkan pengaruh larutan glukosa dari berbagai konsentrasi.
C.     Prinsip Percobaan
Penentuan peristiwa plasmoksis sel daun Rhoeo discolor dengan melakukan perendaman potongan epidermis bahwa daun ke dalam glukosa di berbagai konsentrasi yaitu 0,28 M, 0,26 M, 0,24 M, 0,22 M, 0,20 M, 0,18 M, 0,16 M selama 30 menit kemudian diamati di bawah mikroskop dan ditentukan jumlah presentase sel yang mengalami plasmolisis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Teori Umum
 Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air  yang berada dalam vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis. (Anonim, 2009:3).
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya dengan cepat kehilangan  turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan  dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis. (Kimball,1994).
Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane plasma. Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya embran dari dinding sel yang disebut plasmolisis. (Anonim, 2000:4)
Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk. (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana dkk, 2011:5)
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik ( Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5)
Terdapat banyak teori mengenai membrane plasma yang dikemukakkan oleh para ahli tetapi pada dasarnya ada dua kelompok teori tentan susunan suatu membrane plasma yaitu :
-          Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun atas lapisan – lapisan.
-          Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma tersusun sebab bola – bola yang terderet. (Juwono & Zulfa, 2000:21)
Membran plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas suatu sel dengan organel lainnya. Membrane plasma memiliki sifat selektif permeable dan dinamis, antara lain adanya pertumbuhan membrane plasma, fragmentasi, difrensiasi, perbaikan dari perusakan dan perubahan struktur tiga dimensinya. Pada organism multisel, sel – sel tersusun sedemikian rupa menjadi rakitan yang bekerja sama yang disebut jaringan sel – sel dalam sautu jaringan umumnya berhubungan satu sama lain mellaui jalinan yang rumit terdapat pengaturan sel dalam  membrane plasma (Adtya,2007:51).
Difusi
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan – bahan tertentu lewat suatu membrane sebab akibat konsentrasi yang berbeda – beda. Apabila membrane plasma ini bersifat semi permeable maka hanya bahan – bahan tertentu saja yang dapat melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati membrane plasma ini pada umumnya bersifat khas karena membtutuhkan bantuan enzim tertentu, sehingga membrane sel disebut bersift “enzyme controlled permeable” (Juwono & zulfa, 2000:24).
Seeperti yang di dijelaskan, difusi sering terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi bahan di satu titik dengna titik lain (ketika zat warna tadi mulai melarut, air di dekat Kristal berwarna sangat pekat, tapi pada jarak tertentu tak ada warna). Perbedaan konsentrasi sangat lazim terjadi, terutama dalam sel yang hidup dan dalam organism pada umumnya. Contohnya, ketika senyawa organisk tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolismekan oleh mitokondria, maka konsentrasi di dekat mitokondri dipertahankan lebih rendah daripada konsentrasinya dideekat kloroplas yang berfotosintesis di dalam sel yang sama.
Difusi (perpindahan neto partikel atau bola) terjadi akibat gradient konsetrasi. Konsentrasi adalaah banyaknya bahan atau jumlah partikel persatuan volume. Gradient terjadi bila suatu parameter, misalnya konsentrasi, berubah secara bertahap dari satu volume ruang ke volume ruang lain (Salisbur,1995:32).
Osmosis
Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membrane plasma sebagai akibat perbedaan tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati satu membrane dari larutan yang berdkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar tinggi sehingga tercapai suatu kesetimbangan. (Juwono danZaulfa, 2000:25).
Transport Makromolekul dan pertikel
Membrane sel mempunyai sifat – sifat untuk yang dinamis tercermin pada kejadian – kejadi timbulnya invaginasi atau peliputan membrane pada proses fi\otosintesis, pinositna seksositosis.
Mekanisme pengangkutan makromolekul dan partikel melalui “eksositosis apabila berlangsung pelepasan dari sel dan melalui endositosis, apabila kemasukan ke dalam sel. Dasar mekanisme kedua jenis pengankutan ini sama hanya berbeda dalam urutan tahap-tahapannya yang berlangsung berlawanan. Berdasarkan sifat dan ukuran bahan yang ditelan oleh sel, cara transportasi molekul dan partikel dibedakan menjadi “pinositosis (meminum) apabila tertelan merupakan larutan dengan melalui pembentukan gelembung – geelembung kecil dan fogestosis (makan) apabiala yang ditelan adalah makromolekul atau partikel melalui pembentukan gelembung – gelembung lebih besar (Subowo, 1995:62-63).
B.     Uraian Bahan
1.      Daun Rhoeo discolor (Gembong Tjitrosoepono, 2010:225:7)
Regnum     : Plantae
Divis          : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class          : Mono cotyledoneae
Subclass    : -
Ordo          : Bromeleales
Family       : Brome
Genus        : Rhoeo
Spesies      : Rhoeo discolor
Kegunaan  : Sebagai sampel
2.      Glukosa (Dirjen POM, 1979:268)
Nama Resmi          : GLUCOSUM          
Nama Lain                        : Glukosa
Rumus Molekul     : C6 H12 O6 H2 O
Berat Molekul       : 198,17
Pemerian                : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih , tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan               : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air, agak sakar dalam etanol (95%) P mendidih sukar larut.
Peyimpanan           : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : untuk penguji sampel
3.      Aquades (Dirjen POM, 1979:96)
Nama resmi           : AQUA DESTILLATA
Nama lain              : Air Suling
Rumus molekul     : H2O
Berat molekul        : 18,02
Pemerian                : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan         :  dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : melarutkan glukosa.
C.    Prosedur Kerja (Jamilah, 2012:10)
1.      Siapkan satu seri larutan glukosa dingin dengan konsentrasi sebagai berikut : 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m, 0,16 m, 0,14 m, masing – masing sebanyak 10 ml di dalam cawan petri.
2.      Dengan menggunakan pisau silet dan pinset, ambil beberapa potong jaringan epidermis bagian bawah daun rhoeo discolor, lalu masukkan masing – masing ke dalam tabung reaksi dengan jarak waktu + 5 menit antara tabung satu dengan tabung berikutnya.
3.      Biarkan selama 30 menit , lalu ambil potongan jaringan tersebut, letakkan di atas gelas preparat bersama tetes larutan perendam, amati di bawah mikroskop.
4.      Catatlah pada larutan konsentrasi berapa plasmolisis mulai terjadi dan catat berapa jumlah sel yang terplasmolisis setiap larutan.
5.      Tentukan larutan mana yang 5% sel – selnya mengalami plasmolisis.



















BAB III
METODE KERJA
A.     Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum Plasmolisis adalah mikroskop, object dan deg glass, silet, pinset dan pipet tetes, dan stopwatch.
Adapun bahan – bahan yang digunakan adalah daun Rhoeo discolor, air dan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m, 0,16 m, 0,14 m.
B.     Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Diambil lapisan epidermis daun Rhoeo discolor yang ungu (bagian bawah daun) dengan silet.
3.      Diletakkan di atas objek gelas lalu ditutup dengan deg glas.
4.      Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
5.      Diambil gambar pengamatan dan dihitung jumlah selnya.
6.      Disiapkan larutan glukosa konsentrasi 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m, 0,16 m.
7.      Diambil irisan epidermis daun rhoea discoler yang telah diamati sebelumnya dari objek gelas dengan pinset.
8.      Direndam irisan tersebut di dalam larutan glukosa selama 30 menit.
9.      Setelah 30 menit, diambil insane daun yang direndam lalu diletakkan pada objek dan ditutup dengan deg glass
10.  Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
11.  Diambil gambar pengamatan dan dihitung jumlah sel yang tidak terplosmolisis.



















BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A.     Tabel Pengamatan
NO
SEBELUM DIRENDAM
SETELAH DIRENDAM
KONSENTRASI
1.


[0,28 M]
Keterangan
1.      Dinding sel
2. Stomata
3. Sitoplasma
2.


[0,26 M]
Keterangan :
1.      Dinding Sel
2.      Stomata
(Warna dan bentuk tidak jelas setelah direndam))
3.


[0,24 M]
Keterangan :
1.      Dinding Sel
2.Cairan Sitoplasma perendaman)


4.


[0,22 M]
Keterangan :
1.      Dinding sel
2.      Stomata
3.      Sitoplasma
5.


(0,20 m)
2.      Dinding sel
3.      Sitoplasma
4.      Stomata (memudar sebelah perendaman)
6.


(0,18 m)
Keterangan :
1.      Dinding Sel
2.      Stomata
(Pada gambar terlihat transparan)
7.
(0,16 M)
Keterangan :
1.      Dinding Sel
2.      Stomata
2.      Sitoplasma
8.


LITERATUR
Gambar disamping merupakan literature, sebelum direndam glukosa dan setelahnya terlihat sebagian sel yang terplesmolisis.


2. Perhitungan
[     ]
JUMLAH SEL KESELURUHAN
JUMLAH SEL TERPLASMOLISIS
% KADAR SEL TERPLASMOLISIS
0,28 M
179
179
100%
0,26 M
95
73
76,89 %
0,24 M
153
101
66 %
0,22 M
107
81
75,7 %
0,20 M
264
167
63,25%
0,18 M
137
137
100%
0,16 M
207
121
58,95%


BAB V
PEMBAHASAN

Jika sel tumbuhan diletakkan dalam larutan garam terkonsentrasi (hipertonik) , sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan terger, sehingga menyebabkan terjadinya proses plasmolisis, tekanan terus berkembang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipertonik. Dimana plasmolisis adalah proses pengkerutan protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari dinding sel karena gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.
Adapun cara kerja dari percobaan plasmolisis sel adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, mengiris setipis mungkin sampel, yaitu daun Rhoeo discolor dengan menggunakan silet lalu diletakkan di atas objek glass dan ditutup dengan deg glass, setelah itu mengamatinya di bawah mikroskop kemudian foto hasil pengamatannya setelah itu menyiapkan larutan glukosa dengan konsentrasi yang berbeda yaitu : 0,16 m, 0,18 m, 0,20 m, 0,22 m, 0,24 m, 0,26 m dan 0,28 m. lalu mengambil irisan daun rhoeo discolor tadi yang telah diamati sebelumnya dari objek glass dengan menggunakan pinset, kemudian rendam daun itu pada masing – masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda beda. Perendaman membutuhkan waktu selama 30 menit. Lihat perubahan yang terjadi selama perendaman. Setelah 30 menit ambil kembali sayatan daun rhoeo discolor kemudian diletakkan lagi ke obyek gelas dan ditutup dengan deg glass, lalu diamati kembali di bawah mikroskop, lalu melihat perubahan yang terjadi dengan mengamati sel yang mana yang plasmolisis dan mengamati berapa sisa sel yang tidak terplasmolisis pada masing – masing konsentrasi larutan. Serta menentukan larutan mana yang 50% sel – selnya mengalami plasmolisis, dengan membandingkan sampel sebelum direndam dan setelah direndam.
Mengenai waktu yang digunakan untuk merendam daun Rheo discolor adalah selama 30 menit dengan tujuan agar plasmolisis sel diamati kembali dan dibandingkan sel sebelum dan sesudah direndam dilarutan glukosa yang berkonsentrasi tinggi dan dapat diperkirakan bahwa dalam waktu 30 menit, sel sudah terplasmolisis untuk mencapai keadaan setimbangnya.
Dalam percobaan plasmolisis digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor memiliki pigmen berwarna ungu (antosiatun), hal ini dimasukkan untuk mempermudah proses pengamatan. Selain itu, juga digunakan larutan glukosa berbagai konsentrasi yang berperan sebagai larutan hipertenis terhadap sel.
Sebelum direndam pada larutan glukosa , sel – sel yang berwarna ungu terlihat lebih banyak dan jelas dibandingkan kloroplas yang pada saat normal, pigmen antosianin berada pada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma.
Setelah direndam selama 30 menit terjadilah keadaan yang sangat bertolak dengan keadaan yang sebelumnya. Sel – sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas jelas terlihat. Hal ini terjadi Karen apada saat sel dan rhoeo discolor ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari vakuela sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut. Sebagaimana teori yang merupakan pengertian dari plasmolisis, sehingga pigmen antosianium di dalam vakuola tidak terlalu jelas dilihat. Saat sitoplasma mengkerut, kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga bisa terlihat lebih jelas.
Dari percobaan plasmolisis sel rhoea discolor didapatkan hasil sebagai berikut pada konsentrasi 0,28 m jumlah sel yang keseluruh adalah 179 sedangkan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 179, pada konsentrasi 0,26 m jumlah sel yang keseluruhan adalah 95, sedangkan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 73 sel. Pada konsentrasi 0,24 m jumlah sel yang keseluruhan adalah 153 sedangkan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 81 sel. Pada larutan dengan konsentrasi 0,20 m jumlah sel yang keseluruhan adalah 24 sedang yang terplasmolisis 167 pada konsentrasi 0,18 m jumlah zat yang keseluruhan adalah 137 pada konsentrasi 0,16 m jumlah sel yang terplasmolisis adalah 207 sedangkan yang tidak terplasmolisis adalah 121.
Pada pengamatan hasil menurut literature, “semakin rendah konsentrasi suatu bahan dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis, dalam percobaan didapatkan pembuktian bahwa sel daun rhoea discolor sebelum direndam ungu dan air dalam sel itu bergabung dengan larutan glukosa, sehingga air di dalam sel itu habis sehingga menyebabkan sel berkerut dan terlihat pada mikroskop kerutan sel yang tidak berwarna lagi. Jika dibandingkan dengan literature yang ada, didapatkan hasil tidak sesuai dengan literature, seharusnya larutan dengan konsentrasi rendah akan memiliki persen sel yang terplasmolisis lebih rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi rendah akam memiliki persentase yang terplasmolisis rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi besar, begitupun dengan sebaliknya. Hasil pengamatan kami pada konsentrasi 0,18 m tidak menunjukkan adanya kesesuaian dengan hal ini.
Hubungan konsentrasi dengan plasmolisis. Sel yang berada pada keadaan lingkungan hipertonik yaitu konsentrasi tinggi menjadi semakin tinggi yaitu konsentrasi suatu bahan semakin banyak sel yang terplasmolisis karena konsentrasi di dalam sel daun rhoeo discolor lebih rendah dari lingkungan larutan glukosa yang konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel terosmosis keluar sel dan hanya tinggal bagian – bagian dari pengamatan yang ada pada sampel.
Adapun alas an perlakuan dari percobaan yaitu daun rhoea discolor diiris sedikit tebal agar pada perendaman pada glukosa tidak mudah terplasmolisis. Rhoeo discolor diamati sebelum krendaman supaya dapat dijadikan pembanding sel saat sudah perendaman. Irisan rhoeo discolor direndam selama 30 menit, supaya proses plasmolisis sel berlangsung dengan maksimal, kemudian diamati kembali agar dapat membedakannya dengan sampel sebelum direndam pada percobaan, dan rhoeo discolor digunakan karena kandungan pigmennya relative tinggi dan jelas hingga ke dalam struktur selnya, juga karena mempunyai kepadatan yang tinggi.
Salah satu hal yang perlu diketahui dari membrane sel setelah percobaan dilakukan adalah bahwa membrane sel bersifat semi permeable. Dimana kita ketahui bahwa selektif permeable adalah substansi – subtstansi tidak dapat melintasi membrane plasma secara sembarangan. Membrane sel  tersusun dari lipid bilayer dan protein transfer yang berperan dalam transportasi sel. Lipid bilayer membentuk benteng yang kokoh untuk mencegah molekul – molekul hidrofilik masuk. Lipid bilayer yang bersifat hidrobik menghalangi transport ini dengan molekul polar yang bersifat hidrofilik. Molekul sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat lewat melalui membrane dengan cepat. Contohnya air dan etanel. Lipid bilayer tidak sangat permeable terhadap molekul pilar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan gula lain. Itulah sebabnya mengapa pada percobaan hanya air (H2O) yang keluar dari sel, sedangkan molekul glukosa yang seharusnya berdifusi ke dalam sel tidak termasuk ke dalam sel.
Adapun hubungan percobaan ini dengan farmasi adalah penentuan konsentrasi obat yang harus dibuat dimana untuk mengetahui berapa konsentrasi obatnya terlebih dahulu harus mengetahui konsentrasi darah dalam tubuh, kemudian apabila konsentrasi dari luar dalam hal ini konsentrasi obat yang akan masuk lebih tinggi (hipertonik) dan dimasukkan ke dalam tubuh yang konsentrasinya rendah (hipotonik) maka akan terjadi krenasi (pengkerutan sel). Selain itu, percobaan ini juga digunakan dalam proses formulasi untuk menghitung berapa tekanan osmotiknya.
Dari percobaan yang dilakukan, ada beberapa factor yang mempengaruhi maksimalnya suatu pengamatan sel. Factor kesalahannya yaitu pada saat mengurus daun Rheo discolor haruslah agak tebal karena di dalam glukkosa berkonsentrasi tertentu nantinya tidak berlangsung osmosis, prosesnya bertahap, kemudian pada saat penyimpanan sampel di atas objek glass, sampel tidak boleh berlipat, jika hal itu terjadi, diratakan dengan pinset. Pada pengambilan sampel tidak boleh dijatuhkan karena sampel akan bercampur dengan zat lain.




















BAB VI
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perendaman epidermis bawah daun Rhoeo discolor paling banyak mengalami plasmolisis adalah 0,28 m dengan jumlah yang terplasmolisis dengan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 179 sel.
B.     Saran
1.      Laboratorium
Menyediakan genset khusus di dalam laboratorium karena pemadaman listrik dari PLN mengganggu kenyamanan dalam praktikum serta menghanbat kerja praktikan
2.      Asisten
Bimbingan dalam praktikum dipertahankan kak.







DAFTAR PUSTAKA

Buana, eqi, dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo discolor saat normal dan  
            Plasmolisis.Regina:Bogor.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI : Jakarta.
Juwono dan Zulfa, Ahmad.2000. BIOLOGI SEL. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
            Jakarta.
Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut
            Teknologi Bandung: Bandung
Tjitosoepomo,Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.Gadjah Mada
            University Press: Yogyakarta.
Anonim. 2009. Praktikum III Plasmolisis. FKIP UHLAM: Banjarmasin.










SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan

Diiris agak tebal Rhoeo discolor dengan silet

Diletakkan di atas objek glass dan tutup dengan deg glass

Amati di bawah mikroskop struktur selnya

Diambil sampel menggunakan pinset

Direndam pada larutan glukosa
Konsentrasi tertentu
(0,28m,0,26m, 0,24m,0,22m,0,20 m,0,18 m, 0,18m)

Didiamkan selama 30 menit

Ambil sampel dan letakkan pada objek glass

Amati perubahan sel

Catat hasil dan persentase sel yang terplasmolisis