BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tumbuhan merupakan makluk hidup multisekuler. Sel tumbuhan
terdiri atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada di dalamnya. Selain
itu pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus oleh membrane plasma
yang merupakan membrane dwilapis yang mampu mengatur secara selektif aliran
cairan dari lingkungan suatu suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Apabila
suatu sel tumbuhan diletakkan di dalam suatu larutan yang konsentrasinya lebih
tinggi daripada di dalam sel, maka air akan meninggalkan sel sehingga volum isi
sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable maka ruang antara membrane
dan dinding sel akan diisi larutan dari luar. Peristiwa ini berlangsung sampai
konsentrasi di dalam dan di luar sel sama besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang
kehilangan air akan menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding
sel. Peristiwa tersebut dinaman dengan plasmolisis. Plasmolisis adalah kondisi
dimana suatu sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi
9hipertonik) akibat cairan yan ada di dalam sel keluar dari sel sehingga
tekanan sel akan terus berkembang sampai di suatu titik dimana membrane
terlepas dari dinding sel.
Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting
yakni potensiar air (PA), potensial osmotic (PO) dan potensial tekanan (PT).
untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat
digunakan dengan metode menentukan pada konsentrasi berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
Dari gambaran di atas, maka untuk mengetahui berapa besar
konsentrasi larutan dapat menyebabkan sebagian sel dari jumlah sel yang
terplasmoksis. Oleh karena itu, dilakukan percobaan secara eksperimental pada
sel tumbuhan. Percobaan ini berjudul
plasmolisis.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud
Percobaan
Mengetahui dan memahami peristiwa plasmolisis sel tumbuhan
Tujuan
Percobaan
Menentukan peristiwa Plasmolisis pada dau Rhoeo discoar
berdasarkan pengaruh larutan glukosa dari berbagai konsentrasi.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan peristiwa plasmoksis sel daun Rhoeo discolor
dengan melakukan perendaman potongan epidermis bahwa daun ke dalam glukosa di
berbagai konsentrasi yaitu 0,28 M, 0,26 M, 0,24 M, 0,22 M, 0,20 M, 0,18 M, 0,16
M selama 30 menit kemudian diamati di bawah mikroskop dan ditentukan jumlah
presentase sel yang mengalami plasmolisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Umum
Plasmolisis adalah
peristiwa terlepasnya protoplasma dari
dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat
memberikan gambaran untuk menentukan besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika
sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik terhadap cairan selnya ,
maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan
terlepas dari dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel
spirogyra diletakkan dalam larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel
tersebut, maka air yang berada dalam
vakuola menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari
dinding sel. Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis.
(Anonim, 2009:3).
Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke
dalam air laut sel – selnya dengan cepat kehilangan turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu.
Hal ini disebabkan karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan dengan demikian air berdifusi dari sitoplsama
ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis.
(Kimball,1994).
Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan
masuk sel dan terjadi endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel
mnenjadi tinggi. Keadaaan yang demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi
lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau robeknya membrane plasma.
Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi , air dalam sel
akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan
pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan
terlepasnya embran dari dinding sel yang disebut plasmolisis. (Anonim, 2000:4)
Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan
lepasnya membrane pellasma dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke
dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan
bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk
suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis denga
lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi
itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur tekanan agar terjadi perbedan
tekanan sehinggga materi dari luar bias masuk. (Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika
sel tumbuhan dileteakkan pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan
air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan
kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi
meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus berkurang sampai di
suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel, sehingga dapat
terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel. (Buana dkk, 2011:5)
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi
plamolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik ( Buana dkk, 2011:5)
Plasmolisis biasanya terjadi
pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara
sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalnitas tinggi
ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis (Buana dkk, 20011:5)
Terdapat banyak teori mengenai membrane plasma yang
dikemukakkan oleh para ahli tetapi pada dasarnya ada dua kelompok teori tentan
susunan suatu membrane plasma yaitu :
-
Leafleat theory yang menyatakan bahwa membrane plasma
tersusun atas lapisan – lapisan.
-
Teori globular yang menyatakan bahwa membrane plasma
tersusun sebab bola – bola yang terderet. (Juwono & Zulfa, 2000:21)
Membran
plasma adalah selaput pembungkus dan pembatas suatu sel dengan organel lainnya.
Membrane plasma memiliki sifat selektif permeable dan dinamis, antara lain
adanya pertumbuhan membrane plasma, fragmentasi, difrensiasi, perbaikan dari
perusakan dan perubahan struktur tiga dimensinya. Pada organism multisel, sel –
sel tersusun sedemikian rupa menjadi rakitan yang bekerja sama yang disebut
jaringan sel – sel dalam sautu jaringan umumnya berhubungan satu sama lain
mellaui jalinan yang rumit terdapat pengaturan sel dalam membrane plasma (Adtya,2007:51).
Difusi
Difusi
merupakan suatu proses lewatnya bahan – bahan tertentu lewat suatu membrane
sebab akibat konsentrasi yang berbeda – beda. Apabila membrane plasma ini
bersifat semi permeable maka hanya bahan – bahan tertentu saja yang dapat
melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati membrane plasma ini pada
umumnya bersifat khas karena membtutuhkan bantuan enzim tertentu, sehingga
membrane sel disebut bersift “enzyme controlled permeable” (Juwono & zulfa,
2000:24).
Seeperti
yang di dijelaskan, difusi sering terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi
bahan di satu titik dengna titik lain (ketika zat warna tadi mulai melarut, air
di dekat Kristal berwarna sangat pekat, tapi pada jarak tertentu tak ada
warna). Perbedaan konsentrasi sangat lazim terjadi, terutama dalam sel yang
hidup dan dalam organism pada umumnya. Contohnya, ketika senyawa organisk
tertentu dalam sitosol masuk ke dalam sel dan dimetabolismekan oleh
mitokondria, maka konsentrasi di dekat mitokondri dipertahankan lebih rendah
daripada konsentrasinya dideekat kloroplas yang berfotosintesis di dalam sel
yang sama.
Difusi
(perpindahan neto partikel atau bola) terjadi akibat gradient konsetrasi.
Konsentrasi adalaah banyaknya bahan atau jumlah partikel persatuan volume.
Gradient terjadi bila suatu parameter, misalnya konsentrasi, berubah secara
bertahap dari satu volume ruang ke volume ruang lain (Salisbur,1995:32).
Osmosis
Osmosis
ialah lewatnya zat pelarut melalui membrane plasma sebagai akibat perbedaan
tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati satu membrane dari
larutan yang berdkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar tinggi sehingga
tercapai suatu kesetimbangan. (Juwono danZaulfa,
2000:25).
Transport
Makromolekul dan pertikel
Membrane
sel mempunyai sifat – sifat untuk yang dinamis tercermin pada kejadian – kejadi
timbulnya invaginasi atau peliputan membrane pada proses fi\otosintesis,
pinositna seksositosis.
Mekanisme
pengangkutan makromolekul dan partikel melalui “eksositosis apabila berlangsung
pelepasan dari sel dan melalui endositosis, apabila kemasukan ke dalam sel.
Dasar mekanisme kedua jenis pengankutan ini sama hanya berbeda dalam urutan
tahap-tahapannya yang berlangsung berlawanan. Berdasarkan sifat dan ukuran
bahan yang ditelan oleh sel, cara transportasi molekul dan partikel dibedakan
menjadi “pinositosis (meminum) apabila tertelan merupakan larutan dengan
melalui pembentukan gelembung – geelembung kecil dan fogestosis (makan)
apabiala yang ditelan adalah makromolekul atau partikel melalui pembentukan
gelembung – gelembung lebih besar (Subowo, 1995:62-63).
B.
Uraian Bahan
1. Daun Rhoeo discolor (Gembong Tjitrosoepono,
2010:225:7)
Regnum : Plantae
Divis :
Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class :
Mono cotyledoneae
Subclass : -
Ordo :
Bromeleales
Family : Brome
Genus :
Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Glukosa
(Dirjen POM, 1979:268)
Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
Rumus Molekul : C6 H12 O6 H2 O
Berat Molekul : 198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih , tidak
berbau, rasa manis.
Kelarutan : mudah
larut dalam air, sangat mudah larut dalam air, agak sakar dalam etanol (95%) P
mendidih sukar larut.
Peyimpanan : dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : untuk
penguji sampel
3.
Aquades (Dirjen POM, 1979:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Rumus
molekul : H2O
Berat
molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup baik
Kegunaan : melarutkan
glukosa.
C.
Prosedur Kerja (Jamilah, 2012:10)
1.
Siapkan satu seri larutan glukosa dingin dengan
konsentrasi sebagai berikut : 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m,
0,16 m, 0,14 m, masing – masing sebanyak 10 ml di dalam cawan petri.
2.
Dengan menggunakan pisau silet dan pinset, ambil
beberapa potong jaringan epidermis bagian bawah daun rhoeo discolor, lalu
masukkan masing – masing ke dalam tabung reaksi dengan jarak waktu + 5 menit
antara tabung satu dengan tabung berikutnya.
3.
Biarkan selama 30 menit , lalu ambil potongan
jaringan tersebut, letakkan di atas gelas preparat bersama tetes larutan
perendam, amati di bawah mikroskop.
4.
Catatlah pada larutan konsentrasi berapa plasmolisis
mulai terjadi dan catat berapa jumlah sel yang terplasmolisis setiap larutan.
5.
Tentukan larutan mana yang 5% sel – selnya mengalami
plasmolisis.
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan
Alat – alat
yang digunakan dalam praktikum Plasmolisis adalah mikroskop, object dan deg
glass, silet, pinset dan pipet tetes, dan stopwatch.
Adapun
bahan – bahan yang digunakan adalah daun Rhoeo discolor, air dan larutan
glukosa dengan konsentrasi 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m, 0,16
m, 0,14 m.
B. Cara Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Diambil
lapisan epidermis daun Rhoeo discolor yang ungu (bagian bawah daun) dengan
silet.
3. Diletakkan
di atas objek gelas lalu ditutup dengan deg glas.
4. Diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
5. Diambil
gambar pengamatan dan dihitung jumlah selnya.
6. Disiapkan
larutan glukosa konsentrasi 0,28 m, 0,26 m, 0,24 m, 0,22 m, 0,20 m, 0,18 m,
0,16 m.
7. Diambil
irisan epidermis daun rhoea discoler yang telah diamati sebelumnya dari objek
gelas dengan pinset.
8. Direndam
irisan tersebut di dalam larutan glukosa selama 30 menit.
9. Setelah 30
menit, diambil insane daun yang direndam lalu diletakkan pada objek dan ditutup
dengan deg glass
10. Diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
11. Diambil
gambar pengamatan dan dihitung jumlah sel yang tidak terplosmolisis.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel
Pengamatan
NO
|
SEBELUM DIRENDAM
|
SETELAH DIRENDAM
|
KONSENTRASI
|
1.
|
|
|
[0,28 M]
Keterangan
1.
Dinding sel
2. Stomata
3. Sitoplasma
|
2.
|
|
|
[0,26 M]
Keterangan
:
1.
Dinding Sel
2.
Stomata
(Warna dan bentuk tidak
jelas setelah direndam))
|
3.
|
|
|
[0,24 M]
Keterangan
:
1. Dinding
Sel
2.Cairan Sitoplasma perendaman)
|
4.
|
|
|
[0,22 M]
Keterangan :
1.
Dinding sel
2.
Stomata
3.
Sitoplasma
|
5.
|
|
|
(0,20 m)
2.
Dinding sel
3.
Sitoplasma
4.
Stomata (memudar sebelah perendaman)
|
6.
|
|
|
(0,18 m)
Keterangan
:
1.
Dinding Sel
2.
Stomata
(Pada gambar terlihat transparan)
|
7.
|
|
|
(0,16 M)
Keterangan
:
1.
Dinding Sel
2.
Stomata
2.
Sitoplasma
|
8.
|
|
|
LITERATUR
Gambar
disamping merupakan literature, sebelum direndam glukosa dan setelahnya
terlihat sebagian sel yang terplesmolisis.
|
2. Perhitungan
[ ]
|
JUMLAH SEL KESELURUHAN
|
JUMLAH SEL TERPLASMOLISIS
|
% KADAR SEL TERPLASMOLISIS
|
0,28 M
|
179
|
179
|
100%
|
0,26 M
|
95
|
73
|
76,89 %
|
0,24 M
|
153
|
101
|
66 %
|
0,22 M
|
107
|
81
|
75,7 %
|
0,20 M
|
264
|
167
|
63,25%
|
0,18 M
|
137
|
137
|
100%
|
0,16 M
|
207
|
121
|
58,95%
|
BAB V
PEMBAHASAN
Jika
sel tumbuhan diletakkan dalam larutan garam terkonsentrasi (hipertonik) , sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan terger, sehingga menyebabkan
terjadinya proses plasmolisis, tekanan terus berkembang sampai di suatu titik
dimana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak
antara dinding sel dan membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipertonik. Dimana plasmolisis adalah
proses pengkerutan protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari
dinding sel karena gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.
Adapun
cara kerja dari percobaan plasmolisis sel adalah menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, mengiris setipis mungkin sampel, yaitu daun Rhoeo discolor
dengan menggunakan silet lalu diletakkan di atas objek glass dan ditutup dengan
deg glass, setelah itu mengamatinya di bawah mikroskop kemudian foto hasil
pengamatannya setelah itu menyiapkan larutan glukosa dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu : 0,16 m, 0,18 m, 0,20 m, 0,22 m, 0,24 m, 0,26 m dan 0,28 m. lalu
mengambil irisan daun rhoeo discolor tadi yang telah diamati sebelumnya dari
objek glass dengan menggunakan pinset, kemudian rendam daun itu pada masing –
masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda beda. Perendaman membutuhkan
waktu selama 30 menit. Lihat perubahan yang terjadi selama perendaman. Setelah
30 menit ambil kembali sayatan daun rhoeo discolor kemudian diletakkan lagi ke
obyek gelas dan ditutup dengan deg glass, lalu diamati kembali di bawah
mikroskop, lalu melihat perubahan yang terjadi dengan mengamati sel yang mana
yang plasmolisis dan mengamati berapa sisa sel yang tidak terplasmolisis pada
masing – masing konsentrasi larutan. Serta menentukan larutan mana yang 50% sel
– selnya mengalami plasmolisis, dengan membandingkan sampel sebelum direndam
dan setelah direndam.
Mengenai
waktu yang digunakan untuk merendam daun Rheo discolor adalah selama 30 menit
dengan tujuan agar plasmolisis sel diamati kembali dan dibandingkan sel sebelum
dan sesudah direndam dilarutan glukosa yang berkonsentrasi tinggi dan dapat
diperkirakan bahwa dalam waktu 30 menit, sel sudah terplasmolisis untuk
mencapai keadaan setimbangnya.
Dalam
percobaan plasmolisis digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor memiliki
pigmen berwarna ungu (antosiatun), hal ini dimasukkan untuk mempermudah proses
pengamatan. Selain itu, juga digunakan larutan glukosa berbagai konsentrasi
yang berperan sebagai larutan hipertenis terhadap sel.
Sebelum
direndam pada larutan glukosa , sel – sel yang berwarna ungu terlihat lebih
banyak dan jelas dibandingkan kloroplas yang pada saat normal, pigmen
antosianin berada pada vakuola tumbuhan yang cukup besar, sedangkan kloroplas
cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma.
Setelah
direndam selama 30 menit terjadilah keadaan yang sangat bertolak dengan keadaan
yang sebelumnya. Sel – sel berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas
jelas terlihat. Hal ini terjadi Karen apada saat sel dan rhoeo discolor
ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka air keluar dari
vakuela sehingga membrane sitoplasma akan mengkerut. Sebagaimana teori yang
merupakan pengertian dari plasmolisis, sehingga pigmen antosianium di dalam
vakuola tidak terlalu jelas dilihat. Saat sitoplasma mengkerut, kloroplas yang
tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga bisa terlihat lebih jelas.
Dari
percobaan plasmolisis sel rhoea discolor didapatkan hasil sebagai berikut pada
konsentrasi 0,28 m jumlah sel yang keseluruh adalah 179 sedangkan jumlah sel
yang terplasmolisis adalah 179, pada konsentrasi 0,26 m jumlah sel yang
keseluruhan adalah 95, sedangkan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 73 sel.
Pada konsentrasi 0,24 m jumlah sel yang keseluruhan adalah 153 sedangkan jumlah
sel yang terplasmolisis adalah 81 sel. Pada larutan dengan konsentrasi 0,20 m
jumlah sel yang keseluruhan adalah 24 sedang yang terplasmolisis 167 pada
konsentrasi 0,18 m jumlah zat yang keseluruhan adalah 137 pada konsentrasi 0,16
m jumlah sel yang terplasmolisis adalah 207 sedangkan yang tidak terplasmolisis
adalah 121.
Pada
pengamatan hasil menurut literature, “semakin rendah konsentrasi suatu bahan
dari lingkungan lainnya, semakin mudah sel itu berplasmolisis, dalam percobaan
didapatkan pembuktian bahwa sel daun rhoea discolor sebelum direndam ungu dan
air dalam sel itu bergabung dengan larutan glukosa, sehingga air di dalam sel
itu habis sehingga menyebabkan sel berkerut dan terlihat pada mikroskop kerutan
sel yang tidak berwarna lagi. Jika dibandingkan dengan literature yang ada,
didapatkan hasil tidak sesuai dengan literature, seharusnya larutan dengan
konsentrasi rendah akan memiliki persen sel yang terplasmolisis lebih rendah
(kecil) dan larutan dengan konsentrasi rendah akam memiliki persentase yang
terplasmolisis rendah (kecil) dan larutan dengan konsentrasi besar, begitupun
dengan sebaliknya. Hasil pengamatan kami pada konsentrasi 0,18 m tidak
menunjukkan adanya kesesuaian dengan hal ini.
Hubungan
konsentrasi dengan plasmolisis. Sel yang berada pada keadaan lingkungan
hipertonik yaitu konsentrasi tinggi menjadi semakin tinggi yaitu konsentrasi
suatu bahan semakin banyak sel yang terplasmolisis karena konsentrasi di dalam
sel daun rhoeo discolor lebih rendah dari lingkungan larutan glukosa yang
konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel terosmosis keluar sel dan hanya
tinggal bagian – bagian dari pengamatan yang ada pada sampel.
Adapun
alas an perlakuan dari percobaan yaitu daun rhoea discolor diiris sedikit tebal
agar pada perendaman pada glukosa tidak mudah terplasmolisis. Rhoeo discolor
diamati sebelum krendaman supaya dapat dijadikan pembanding sel saat sudah
perendaman. Irisan rhoeo discolor direndam selama 30 menit, supaya proses plasmolisis
sel berlangsung dengan maksimal, kemudian diamati kembali agar dapat
membedakannya dengan sampel sebelum direndam pada percobaan, dan rhoeo discolor
digunakan karena kandungan pigmennya relative tinggi dan jelas hingga ke dalam
struktur selnya, juga karena mempunyai kepadatan yang tinggi.
Salah
satu hal yang perlu diketahui dari membrane sel setelah percobaan dilakukan
adalah bahwa membrane sel bersifat semi permeable. Dimana kita ketahui bahwa
selektif permeable adalah substansi – subtstansi tidak dapat melintasi membrane
plasma secara sembarangan. Membrane sel
tersusun dari lipid bilayer dan protein transfer yang berperan dalam
transportasi sel. Lipid bilayer membentuk benteng yang kokoh untuk mencegah
molekul – molekul hidrofilik masuk. Lipid bilayer yang bersifat hidrobik
menghalangi transport ini dengan molekul polar yang bersifat hidrofilik.
Molekul sangat kecil yang polar tetapi tidak bermuatan juga dapat lewat melalui
membrane dengan cepat. Contohnya air dan etanel. Lipid bilayer tidak sangat permeable
terhadap molekul pilar tak bermuatan yang lebih besar seperti glukosa dan gula
lain. Itulah sebabnya mengapa pada percobaan hanya air (H2O) yang
keluar dari sel, sedangkan molekul glukosa yang seharusnya berdifusi ke dalam
sel tidak termasuk ke dalam sel.
Adapun
hubungan percobaan ini dengan farmasi adalah penentuan konsentrasi obat yang
harus dibuat dimana untuk mengetahui berapa konsentrasi obatnya terlebih dahulu
harus mengetahui konsentrasi darah dalam tubuh, kemudian apabila konsentrasi
dari luar dalam hal ini konsentrasi obat yang akan masuk lebih tinggi
(hipertonik) dan dimasukkan ke dalam tubuh yang konsentrasinya rendah
(hipotonik) maka akan terjadi krenasi (pengkerutan sel). Selain itu, percobaan
ini juga digunakan dalam proses formulasi untuk menghitung berapa tekanan
osmotiknya.
Dari
percobaan yang dilakukan, ada beberapa factor yang mempengaruhi maksimalnya
suatu pengamatan sel. Factor kesalahannya yaitu pada saat mengurus daun Rheo
discolor haruslah agak tebal karena di dalam glukkosa berkonsentrasi tertentu
nantinya tidak berlangsung osmosis, prosesnya bertahap, kemudian pada saat
penyimpanan sampel di atas objek glass, sampel tidak boleh berlipat, jika hal
itu terjadi, diratakan dengan pinset. Pada pengambilan sampel tidak boleh
dijatuhkan karena sampel akan bercampur dengan zat lain.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perendaman epidermis bawah daun Rhoeo
discolor paling banyak mengalami plasmolisis adalah 0,28 m dengan jumlah yang
terplasmolisis dengan jumlah sel yang terplasmolisis adalah 179 sel.
B. Saran
1. Laboratorium
Menyediakan
genset khusus di dalam laboratorium karena pemadaman listrik dari PLN
mengganggu kenyamanan dalam praktikum serta menghanbat kerja praktikan
2. Asisten
Bimbingan
dalam praktikum dipertahankan kak.
DAFTAR PUSTAKA
Buana, eqi,
dkk.2011. Struktur dan inti sel Rhoeo
discolor saat normal dan
Plasmolisis.Regina:Bogor.
Dirjen POM,
1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Depkes RI : Jakarta.
Juwono dan
Zulfa, Ahmad.2000. BIOLOGI SEL. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Institut
Teknologi Bandung:
Bandung
Tjitosoepomo,Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.Gadjah Mada
University Press:
Yogyakarta.
Anonim.
2009. Praktikum III Plasmolisis. FKIP
UHLAM: Banjarmasin.
SKEMA KERJA
Disiapkan alat dan bahan
Diiris agak
tebal Rhoeo discolor dengan silet
Diletakkan
di atas objek glass dan tutup dengan deg glass
Amati di
bawah mikroskop struktur selnya
Diambil
sampel menggunakan pinset
Direndam
pada larutan glukosa
Konsentrasi
tertentu
(0,28m,0,26m,
0,24m,0,22m,0,20 m,0,18 m, 0,18m)
Didiamkan
selama 30 menit
Ambil
sampel dan letakkan pada objek glass
Amati
perubahan sel
Catat hasil
dan persentase sel yang terplasmolisis